Selasa, 15 Maret 2016

MACAM-MACAM TULISAN ARAB (KITABAH/KHAT)

MACAM-MACAM TULISAN ARAB
(KITABAH/KHAT)

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Khat/Imla’
yang dibina oleh Bapak M. Faisol, M.Ag
  




Oleh
Fakhriyatus Shofa Alawiyah
084 101 156


JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
Januari, 2014


MACAM-MACAM TULISAN ARAB (كتابة\خط)
Kata kitabah (كتابة) dalam bahasa Arab berasal dari isim mashdar dari kata kataba-yaktubu-kitabatan (كَتَبَ-يَكْتُبُ-كِتَابَةً) yang berarti tulisan. Dalam bahasa Arab, terdapat 3 macam tulisan. Yang pertama disebut dengan tulisan mushaf atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan sebutan Kitabah Al-Mushaf, yang kedua adalah tulisan ‘Arudl atau dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Kitabah Al-‘Arudliyah, dan yang ketiga adalah tulisan imla’ atau Al-Kitabah Al-Qiyasiyah/Al-Qiyasiyah. Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu dari macam-macam tulisan Arab tersebut:
1.    Tulisan Mushaf (Kitabah Al-Mushaf),
Al-Qur’an ialah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril sebagai mukjizat dan dihitung ibadah jika membacanya. Sedangkan Mushaf ialah apapun yang ada tulisan al-Qur’annya, walaupun berupa kertas, papan, daun, dll, yang ditujukan untuk dibaca. Sebenarnya, al-Qur’an dan mushaf itu sama. Hanya saja, al-Qur’an itu identik dengan bacaan, sedangkan mushaf cenderung dengan tulisan atau kertasnya.
Mushaf Utsmani merupakan mushaf yang dicatat dan disempurnakan pada zaman Khalifah ‘Usman ibn ‘Affan yang digunakan kaedahnya hingga hari ini. Jadi, Mushaf Ustmani disandarkan pada nama khalifah Ustman bin Affan. Menurut jumhur ulama, mushaf ini berjumlah 6 buah.
Tulisan Mushaf (Kitabah Al-Mushaf) merupakan jenis tulisan Arab yang terdapat pada mushaf atau biasa dikenal dengan sebutan Rasm Ustmani. Rasm atau bentuk tulisan dalam Mushaf Ustmani berlainan pada beberapa tempat daripada tulisan biasa bahasa Arab. Satu kalimah (Bahasa Arab dari “kata”) yg ditulis, boleh dibaca dengan beberapa wajah (untuk mencakupi perbedaan Qiraat bacaan).
Contoh: pada surat al-Fatihah ayat ke-4, ketika dibaca = “maaliki” atau “maliki” Ditulis dengan “mim+ lam + kaf” (مَلِكِ), bukan (مَالِكِ) “mim + alif + lam + kaf”. Mushaf Ustmani sekarang kata “maliki” ditulis dengan meletakkan alif kecil di atas huruf mim. Sehingga, Qiraat yg baca “maaliki” akan menggunakan alif kecil itu, dan Qiraat yg baca “maliki” akan tidak memperdulikan alif kecil itu.
Para penulis wahyu waktu itu menulis dengan khat Jazm, Begitu juga pada tulisan mushaf rasm ustmani yg pertama. Seni khat telah berkembang, maka al-Quran yg ada pada kita sekarang menggunakan khat Naskhi.

2.    Tulisan ‘Arudl (Al-Kitabah Al-‘Arudliyah), dan
Tulisan ‘Arudl merupakan jenis tulisan Arab yang mempunyai rumus/qoidah tertentu yang berbeda dengan rumus/qoidah pada tulisan Imla’. Tulisan ‘Arudl mempunyai aturan bahwa setiap kata yang diucapkan harus ditulis, dengan demikian maka perlu adanya penambahan huruf yang tidak ditulis pada tulisan Imla’, dan juga perlu ada pembuangan pada sebagian huruf yang ditulis pada tulisan Imla’.
Di antara huruf yang ditulis secara khath ‘Arudhi walaupun tidak ada dalam khath Imlâi adalah:
a.    Alif pada kata “Lâkin” (لكن), apabila ditulis secara khat ‘Arudhi maka menjadi لاكن.
b.    Alif pada kata-kata (هذه,هَذاdan هؤلاء) ditulis secara khat ‘Arudhi  menjadi (هاءلاء هاذهي ,هاذا)
c.    Tanwin dalam khath Imla’ baik fathatain (ً), kasrahtain (ٍ) dan dhammahtain (ٌ) ditulis secara khath ‘Arudh menjadi nun sukun, seperti penulisan kata رَجُلٌ menjadi رَجُلُنْ
d.    Huruf yang ada di ujung bait yang dibaca panjang (musyba’) jika yang dipanjangkan adalah harakat fathah (َ), maka khath ‘Arudhi-nya ditulis dengan huruf alif (ا), seperti kata أَعَابَ menjadi أَعَابَا. Jika yang dipanjangkan adalah harakat kasrah (ِ), maka khath ‘Arudhi-nya ditulis dengan huruf ya (ي) seperti kata بِهِ menjadi  بِهِي dan jika yang dipanjangkan adalah harakat dhammah, maka khath ‘Arudhi-nya ditulis dengan huruf wawu (و), seperti kata لَهُ menjadi لَهُو
e.    Huruf yang ber-tasydid dalam khath ‘Arûdhi dibagi  menjadi dua huruf, yang pertama sukun (ْ) dan yang kedua berharakat, seperti kata قَطـَّع menjadi قططع, kata عَدَّ menjadi عَدَدَ, dan termasuk dalam kategori ini adalah alif lam syamsiyah (ال) seperti huruf sîn (س) pada kata السّماء menjadi السسماء
f.    Wawu yang dibaca panjang pada nama-nama seperti داود danطاوس  ditulis secara khath ‘arûdhî menjadi داوود danطاووس
Dan di antara huruf yang tidak ditulis dalam khath ‘arûdhi walaupun ada dalam khath imla’ adalah:
a.    Hamzah washal yang terdapat di tengah kalimat, seperti (واذكر)ditulis dengan khath ‘arûdhî (وذكر)
b.    Alif pada alif lâm qamariyah seperti (والقمر) ditulis dengan khath ‘arûdh (ولقمر)
c.    Alif pada alif lam syamsiyah seperti (النجم) ditulis dengan khath ‘arûdhî(اننجم)
Huruf-huruf mad baik alif, ya atau wawu apabila bertemu dengan huruf mati seperti:
1)    alif  pada kata على الأخلاق ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi علل اخلاق,
2)    ya  pada kata عنقي المجد ditulis secara khath ‘arûdhî menjadi عانقل مجد
3)    wawu pada kata خطوا الملك ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi ملك  خطل
Dan termasuk ke dalam kategori ini adalah alif Maqshuroh dan ya’ manqush yang keduanya tidak bertanwin dan menghadapi huruf mati seperti
1)    فتى القوم ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi فتل قوم dan
2)    بالي المجد ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi بالل مجد

3.    Tulisan Imla’ (Al-Kitabah Al-Qiyasiyah/Al-Qiyasiyah)
Imla’ adalah kajian tentang teori tulis-menulis dan melafalkan huruf hijaiyah secara benar dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat dan teori-teori tentang tanda baca sekaligus aplikasinya dalam teks.
Jadi imla’ merupakan ilmu yang mencakup dua hal, yaitu kemampuan menulis huruf-huruf hijaiyah dan kemampuan mengucapkan/melafalkan huruf-huruf hijaiyah secara benar. Selain itu, dengan kata lain Imla’ juga memiliki arti talqin yaitu menyampaikan atau mendiktekan kepada orang lain dengan suara keras agar dia memindahkan secara baik dan benar dari segi bahasa dan mempelajarinya.
Seseorang akan dapat membaca sebuah teks dengan benar bila dapat membedakan bentuk tulisan (huruf) nya. Sebaliknya seorang penulis akan mampu menulis dengan benar bila ia mampu membaca atau mendengarkan bacaan dengan tepat dan benar. Dengan kata lain, salah membaca akan memberikan ekses salah dalam menulis dan sebaliknya. Dalam Imla’ hasil tujuan akan dipengaruhi oleh kualitas bacaan (guru) dan pendengaran (murid). Kualitas pendengaran dan bacaan yang bagus mengantarkan pada hasil Imla’ yang bagus.
Bukan hanya itu, akan tetapi tekanan dan intonasi serta panjang pendek ucapan sebuah kata juga akan sangat berpengaruh terhadap hasil imla’ yang dilakukan oleh murid, di samping juga jauh dari keinginan guru selaku Mumli’. Karena salah satu karasteritik bahasa Arab yang tidak dimiliki oleh bahasa lain adalah makna sangat dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk ucapan panjang dan pendek yang jika tidak proporsional akan berakibat perubahan makna suatu kata.
Contoh مات dan متى . Kata pertama bermaknamati, sedangkan kata kedua berarti kapan (kata Tanya). Dengan demikian adalah sebuah kesalahan fatal jika pemanjangan suku kata dilakukan tidak pada tempatnya. Di samping merusak maksud bahasa, hal itu sekaligus menjauhkan dari pesan kalimat yang dimaksud oleh penulis tulisan.
Adapun tujuan Imla’ adalah sebagai berikut:
a.    Memberikan latihan kepada peserta didik tentang penulisan huruf-huruf hijaiyah dan kalimat-kalimat dengan memperhatikan lebih seksama kalimat-kalimat yang banyak terjadi kesalahan dalam penulisan.
b.    Karena imla’ merupakan salah satu cabang dari cabang-cabang bahasa, dan tugas utama dari bahasa yaitu pemahaman, sehingga dapat dipastikan bahwa salah satu tujuan imla’ adalah memberikan peserta didik sebuah pemahaman.
c.    Memperbaiki tulisan dan memperjelas tulisan tersebut
d.    Melatih beberapa indra yang berkaitan dengan imla’ yaitu: telinga, tangan dan mata.
e.    Memperluas pengalaman, bekal ilmu bahasa
f.    Melatih penulisan secara cepat, jelas dan benar sehingga membiasakan peserta didik untuk mendengarkan dengan baik
g.    Membiasakan peseta didik hidup teratur, cermat dan kritis.

Macam-macam Imla’ ada 4, diantaranya adalah:
a.    Al-Imla’ al-Manqul: peserta didik menulis bagian dari buku atau apa yang tertulis di papan tulis setelah dibaca, dipahami serta dieja kalimat-kalimatnya.
b.    Al-Imla’ al-Mandzur: pemaparan beberapa kalimat kepada peserta didik dengan cara membaca dan memahaminya kemudian ditutup dan diejakan.
c.    Al-Imla’ al-Istima’i yaitu peserta didik mendengarkan potongan kata setelah pembahasan kalimat.
d.    Al-Imla’ al-Ikhtibari (Latihan) dengan tujuan sebagai neraca timbangan seberapa besar kemampuan peserta didik.
Metodologi Pembelajaran Imla’ adalah sebagai berikut:
a)    Pembukaan untuk potongan tema yang akan di ajarkan
b)    Mempresentasikan potongan tema dalam tulisan atau dalam kartu atau bisa juga di papan tulis.
c)    Guru membaca terlebih dahulu potongan tema sebagai contoh.
d)    Murid membaca potongan tema tersebut.
e)    Memberi contoh pendiktean kalimat yang sulit dalam potongan tema.
f)    Menanyakan arti potongan tema untuk dipahami.
g)    Menyalinnya dan murid juga harus memperhatikan hal yang di salinnya.
h)    Guru membacakan dua kali agar tidak terjadi kesalahan.

0 komentar:

Posting Komentar