Edisi Selasa,
15 Maret 2016
Jujur saja
kalian sebagai pembaca tulisan ini, sudah pernahkah mendengar nama tokoh yang
satu ini? Ya, namanya Rangkayo Rahmah el-Yunisiah. Saya yakin, di antara kalian
pasti hanya satu atau dua atau bahkan semuanya belum pernah mendengar nama itu.
Ya ampun, kalian sama halnya dengan saya. J Hanya saja, bedanya saya lebih tau
beberapa jam lebih awal saja, yang kemudian saya tuliskan dalam tulisan ini.
Kalian pasti sudah
kenal dengan tokoh perempuan yang bernama R.A Kartini. Sebagai generasi muda
dan penerus bangsa, perlu kalian tahu rek jika Kartini bukanlah
satu-satunya wanita Indonesia yang peduli pada dunia pendidikan. Ada sosok yang
nyaris terlupakan dalam sejarah pendidikan kita yaitu tokoh yang bernama Rangkayo
Rahmah el-Yunisiah. Kenapa saya mengatakan nyaris terlupakan? Karena
berdasarkan survei saya pada 6 orang dari 35 orang santri Pondok pesantren
ar-Roudloh, Selasa, 15 Maret 2016 mereka serempak menyatakan tidak pernah
dengar nama tokoh perempuan satu itu (hahaha... survei kok ke 6 orang, valid gak tuh??). Okelah kalau begitu, dalam tulisan ini
saya akan perkenalkan secara singkat biografi beliau ini. Selamat membaca...!
Rangkayo
Rahmah el-Yunisiah, putri bungsu dari Syaikh Muhammad Yunus sekaligus adik dari
tokoh Zainudin Labay el-Yunusi (mungkin kalian pernah mendengar nama tokoh yang
satu ini. Hah... belum juga? nama Zainudin Labay juga belum dengar? Ampun kalau
begitu L)
Kembali lagi, Rahmah
el-Yunisiah adalah seorang pelopor pendidikan wanita, lahir di
Minangkabau-Sumatra Barat, 26 Oktober 1900 dan wafat pada 26 Februari 1969
(wafat pada umur 69 tahun). Dalam dunia pendidikan beliau merupakan tokoh
perempuan yang juga turut mendirikan sekolah bernama “Diniyah School
Putri”. Pada tanggal 1 November 1923 sekolah itu dibuka dengan nama “Madrasah Diniyah
lil Banat” dengan dipimpin oleh beliau sendiri. Pada Sepetember 1935,
beliau melebarkan sayapnya dengan mendirikan Diniyah School Putri di
Kwitang dan Tanah Abang. Berlanjut pada tahun 1950, di Jatinegara dan Rawasari.
Tidak saja untuk pendidikan dasar akan tetapi juga berlanjut sampai perguruan
tinggi. Marvelous.
Salah satu inspirasi
yang kita peroleh dari beliau adalah keteguhan prinsipnya untuk menolak subsidi
dari kaum kolonial pada zaman itu. Kiprah dan kerja kerasnya dalam dunia
pendidikan untuk mencerdaskan kaum perempuan dan menentang penjajah inilah yang
kemudian mendapat perhatian dari Rektor Universitas al-Azhar, Kairo (Baca: Dr.
Syekh Abdurrahman Taj) yang sempat berkunjung ke Diniyah School Putri
pada tahun 1955. Yang kemudian pada tahun 1957, ia mendapat gelar sebagai “Syaikhah”
oleh Universitas al-Azhar. Untuk pertama kalinya seorang wanita diberi gelar
seperti itu di dunia. Dengan mencontoh Diniyah School Putri, Universitas
al-Azhar kemudian mendirikan fakultas khusus wanita. Hebat kan? Beliau
menginspirasi universitas selevel al-Azhar lo....
Cuplikan sejarah
singkat tokoh perempuan bernama Rangkayo Rahmah el-Yunisiah di atas, mengingatkan
kita kembali bahwa tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertulis dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak memandang dia
adalah laki-laki atau perempuan. Mereka semua memiliki hak yang sama yaitu
mendapatkan pendidikan. Akhir kata semoga tulisan ini memberi manfaat bagi kita
semua sebagai calon pendidik generasi mendatang agar terus memiliki semangat
untuk berkiprah dalam dunia pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar