This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 30 Oktober 2016

(LIRIK) SHOLAWAT NAHDLIYYAH



اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد
صَلاَةً تُرَغِّبُ وَ تُنَشِّطُ
وَ تُحَمِّسُ بِهَا الْجِهَادِ لإِحْيَاء وَ إِعْلاَء دِيْن الإسلام
وَ إِظْهَار شَعَائِرِ عَلَى طَرِيقة,  جَمْعِيَّةِ نهضة العلماء
و على اله و صحبه و سلم
الله الله الله الله
ثَبِّتْ وَانْصُرْأَهْل جمعية, جمعية نهضة العلماء
لإعلاء كلمة الله



PKPT IPNU-IPPNU IAIN Jember adakan Seminar dan Bedah Buku "Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan"

Dalam rangka memperingati hari santri, pada hari sabtu tanggal 29 Oktober kemarin PKPT IPNU-IPPNU IAIN Jember bekerjasama dengan Pondok Pesantren Darul Hikam mengadakan seminar dan bedah buku berjudul “Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan” karya K.H Sholeh Hayat, S.H. Dalam acara ini, ada dua narasumber diantaranya K.H Sholeh Hayat sendiri selaku pengarang buku dan M.Eksan, MA dari DPRD 1 Jawa Timur selaku pembanding. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa IAIN Jember, acara ini juga dihadiri oleh perwakilan PCNU Kabupaten Jember. Penulis buku mengatakan bahwa buku ini didukung oleh 65 referensi yang terpercaya kredibilitasnya, sehingga bagi siapapun yang membaca buku ini sama halnya dengan membaca 65 buku. Selain itu beliau menuturkan bahwa perjuangan kyai dan santri untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan juga wajib kita apresiasi, bentuk apresiasi itu salah satunya adalah dengan dikeluarkannya keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2015 tentang hari santri nasional. Beliau menceritakan isi buku yang berisi sejarah lengkap perjuangan para kyai dan santri di negeri ini dalam upaya meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Mulai dari perlakuan yang berbeda antara penjajah Belanda dan Jepang dalam menghadapi kaum agama di negeri ini sehingga menimbulkan perlawanan diantaranya Laskar Hisbullah (yang terdidi dari para pemuda) serta Laskar Sabilillah (terdiri dari para kyai dan orang-orang dewasa) yang kemudian terjadi peristiwa 10 November di Surabaya yang kemudian dikenal dengan hari pahlawan. Semuanya dikemas secara lengkap dan rinci dalam buku ini.
Sebagai pemateri kedua seminar sekaligus pembanding, M.Eksan, MA menuturkan bahwa ada tiga hal alasan kenapa 22 Oktober ditetapkan sebagai hari santri, pertama, untuk mengenang perjuangan mereka (baca: kyai dan santri), kedua, untuk meneladani semangat serta komitmen mereka dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan Republik ini. Momentum resolusi jihad harus diaktualisasikan dalam upaya pembangunan nasional mengingat problematika sosial di bangsa ini masih sangat tinggi, propinsi Jawa Timur khususnya. Menyandang peringkat teratas dalam buta huruf dengan jumlah 1,2 juta penduduk dari 4,7 juta angka buta huruf nasional, selain itu tingkat perceraian terbesar di negeri ini serta kasus narkoba yang menduduki tingkat kedua setelah ibukota DKI Jakarta. Mengingat berbagai problematika yang terjadi di atas sekaligus sebagai alasan ketiga mengapa ditetapkannya hari santri adalah untuk melanjutkan atau mempertahankan tongkat estafet perjuangan para kyai dan santri dengan cara tidak hanya berpuas hati dengan keputusan presiden dengan ditetapkannya hari santri akan tetapi juga harus diiringi dengan tindakan/kebijakan positif yang berpihak pada kyai dan santri dan mendorong mereka dalam proses pembangunan nasional dengan cara menjadikan pesantren sebagai inti kekuatan pendidikan nasional kita.

Dengan mengutip perkataan Jamal al-Banna (adik Hasan al-Banna), M.Eksan di akhir pembicaraan mengatakan bahwa kata “jihad” dalam konteks sekarang tidak lagi diartikan sebagai bagaimana mati di jalan Allah SWT, akan tetapi bagaimana kita hidup di jalan Allah SWT. Karena pada hakikatnya, hidup itu lebih berat daripada mati.