Dalam rangka
memperingati hari santri, pada hari sabtu tanggal 29 Oktober kemarin PKPT
IPNU-IPPNU IAIN Jember bekerjasama dengan Pondok Pesantren Darul Hikam
mengadakan seminar dan bedah buku berjudul “Kyai dan Santri dalam Perang
Kemerdekaan” karya K.H Sholeh Hayat, S.H. Dalam acara ini, ada dua narasumber
diantaranya K.H Sholeh Hayat sendiri selaku pengarang buku dan M.Eksan, MA dari
DPRD 1 Jawa Timur selaku pembanding. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa IAIN
Jember, acara ini juga dihadiri oleh perwakilan PCNU Kabupaten Jember. Penulis
buku mengatakan bahwa buku ini didukung oleh 65 referensi yang terpercaya
kredibilitasnya, sehingga bagi siapapun yang membaca buku ini sama halnya dengan
membaca 65 buku. Selain itu beliau menuturkan bahwa perjuangan kyai dan santri untuk
meraih dan mempertahankan kemerdekaan juga wajib kita apresiasi, bentuk
apresiasi itu salah satunya adalah dengan dikeluarkannya keputusan Presiden RI
Nomor 22 Tahun 2015 tentang hari santri nasional. Beliau menceritakan isi buku
yang berisi sejarah lengkap perjuangan para kyai dan santri di negeri ini dalam
upaya meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Mulai dari perlakuan yang berbeda
antara penjajah Belanda dan Jepang dalam menghadapi kaum agama di negeri ini
sehingga menimbulkan perlawanan diantaranya Laskar Hisbullah (yang terdidi dari
para pemuda) serta Laskar Sabilillah (terdiri dari para kyai dan orang-orang
dewasa) yang kemudian terjadi peristiwa 10 November di Surabaya yang kemudian
dikenal dengan hari pahlawan. Semuanya dikemas secara lengkap dan rinci dalam
buku ini.
Sebagai pemateri
kedua seminar sekaligus pembanding, M.Eksan, MA menuturkan bahwa ada tiga hal
alasan kenapa 22 Oktober ditetapkan sebagai hari santri, pertama, untuk
mengenang perjuangan mereka (baca: kyai dan santri), kedua, untuk
meneladani semangat serta komitmen mereka dalam meraih dan mempertahankan
kemerdekaan Republik ini. Momentum resolusi jihad harus diaktualisasikan dalam
upaya pembangunan nasional mengingat problematika sosial di bangsa ini masih
sangat tinggi, propinsi Jawa Timur khususnya. Menyandang peringkat teratas
dalam buta huruf dengan jumlah 1,2 juta penduduk dari 4,7 juta angka buta huruf
nasional, selain itu tingkat perceraian terbesar di negeri ini serta kasus
narkoba yang menduduki tingkat kedua setelah ibukota DKI Jakarta. Mengingat berbagai
problematika yang terjadi di atas sekaligus sebagai alasan ketiga mengapa
ditetapkannya hari santri adalah untuk melanjutkan atau mempertahankan tongkat
estafet perjuangan para kyai dan santri dengan cara tidak hanya berpuas hati
dengan keputusan presiden dengan ditetapkannya hari santri akan tetapi juga harus
diiringi dengan tindakan/kebijakan positif yang berpihak pada kyai dan santri dan
mendorong mereka dalam proses pembangunan nasional dengan cara menjadikan
pesantren sebagai inti kekuatan pendidikan nasional kita.
Dengan mengutip
perkataan Jamal al-Banna (adik Hasan al-Banna), M.Eksan di akhir pembicaraan mengatakan
bahwa kata “jihad” dalam konteks sekarang tidak lagi diartikan sebagai
bagaimana mati di jalan Allah SWT, akan tetapi bagaimana kita hidup di jalan
Allah SWT. Karena pada hakikatnya, hidup itu lebih berat daripada mati.
0 komentar:
Posting Komentar