MACAM-MACAM TULISAN ARAB
(KITABAH/KHAT)
ARTIKEL
Ditulis Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Khat/Imla’
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan
Tarbiyah
Oleh
Fakhriyatus Shofa
Alawiyah
084 101 156
Dosen
Pembina,
M. Faisol, M.Ag
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
Desember, 2013
MACAM-MACAM TULISAN ARAB (كتابة\خط)
Kata kitabah (كتابة)
dalam bahasa Arab berasal dari isim mashdar dari kata kataba-yaktubu-kitabatan
(كَتَبَ-يَكْتُبُ-كِتَابَةً) yang berarti tulisan. Dalam bahasa Arab, terdapat 3
macam tulisan. Yang pertama disebut dengan tulisan mushaf atau dalam
bahasa Arabnya dikenal dengan sebutan Kitabah
Al-Mushaf, yang kedua
adalah tulisan ‘Arudl atau dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Kitabah
Al-‘Arudliyah, dan yang ketiga adalah tulisan imla’ atau Al-Kitabah
Al-Qiyasiyah/Al-Qiyasiyah. Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu dari
macam-macam tulisan Arab tersebut:
1.
Tulisan Mushaf (Kitabah Al-Mushaf),
Al-Qur’an ialah
wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril sebagai mukjizat dan dihitung ibadah jika membacanya.
Sedangkan Mushaf ialah apapun yang ada tulisan al-Qur’annya, walaupun berupa
kertas, papan, daun, dll, yang ditujukan untuk dibaca. Sebenarnya, al-Qur’an
dan mushaf itu sama. Hanya saja, al-Qur’an itu identik dengan bacaan, sedangkan
mushaf cenderung dengan tulisan atau kertasnya.
Mushaf Utsmani merupakan mushaf yang dicatat dan disempurnakan pada
zaman Khalifah ‘Usman ibn ‘Affan yang digunakan kaedahnya hingga hari ini.
Jadi, Mushaf
Ustmani disandarkan pada nama khalifah Ustman bin Affan. Menurut jumhur ulama, mushaf ini berjumlah 6 buah.
Tulisan Mushaf (Kitabah Al-Mushaf)
merupakan jenis tulisan Arab yang terdapat pada mushaf atau biasa dikenal dengan sebutan Rasm
Ustmani. Rasm
atau bentuk tulisan dalam Mushaf Ustmani berlainan
pada beberapa tempat daripada tulisan biasa bahasa Arab. Satu kalimah
(Bahasa Arab dari “kata”) yg ditulis, boleh dibaca dengan beberapa wajah (untuk
mencakupi perbedaan Qiraat bacaan).
Contoh: pada
surat al-Fatihah ayat ke-4, ketika dibaca = “maaliki” atau “maliki”
Ditulis dengan “mim+ lam + kaf” (مَلِكِ), bukan (مَالِكِ) “mim + alif + lam + kaf”. Mushaf Ustmani
sekarang kata “maliki” ditulis dengan meletakkan alif kecil di atas huruf
mim. Sehingga, Qiraat yg baca “maaliki” akan menggunakan alif kecil itu,
dan Qiraat yg baca “maliki” akan tidak memperdulikan alif kecil itu.[1]
Para penulis
wahyu waktu itu menulis dengan khat Jazm, Begitu juga pada tulisan mushaf
rasm ustmani yg pertama. Seni khat telah berkembang, maka al-Quran
yg ada pada kita sekarang menggunakan khat Naskhi.
2.
Tulisan ‘Arudl (Al-Kitabah Al-‘Arudliyah),
dan
Tulisan ‘Arudl merupakan
jenis tulisan Arab yang mempunyai
rumus/qoidah tertentu yang berbeda dengan rumus/qoidah pada tulisan Imla’.
Tulisan ‘Arudl mempunyai aturan bahwa setiap kata yang diucapkan harus ditulis,
dengan demikian maka perlu adanya penambahan huruf yang tidak ditulis pada
tulisan Imla’, dan juga perlu ada pembuangan pada sebagian huruf yang ditulis
pada tulisan Imla’.
Di antara huruf yang ditulis secara khath ‘Arudhi walaupun
tidak ada dalam khath Imlâi adalah:
b.
Alif pada
kata-kata (هذه,هَذاdan هؤلاء) ditulis
secara khat ‘Arudhi menjadi (هاءلاء
هاذهي
,هاذا)
c.
Tanwin dalam khath
Imla’ baik fathatain (ً), kasrahtain (ٍ) dan dhammahtain (ٌ) ditulis secara khath ‘Arudh menjadi nun sukun, seperti penulisan kata رَجُلٌ menjadi رَجُلُنْ
d.
Huruf
yang ada di ujung bait yang
dibaca panjang (musyba’) jika yang dipanjangkan adalah harakat
fathah (َ),
maka khath ‘Arudhi-nya ditulis dengan huruf alif (ا),
seperti kata أَعَابَ menjadi أَعَابَا. Jika yang dipanjangkan adalah harakat
kasrah (ِ), maka
khath ‘Arudhi-nya
ditulis dengan huruf ya (ي) seperti kata بِهِ menjadi بِهِي dan
jika yang dipanjangkan adalah harakat dhammah,
maka khath ‘Arudhi-nya
ditulis dengan huruf wawu (و),
seperti kata لَهُ menjadi لَهُو
e.
Huruf
yang ber-tasydid dalam khath
‘Arûdhi dibagi menjadi
dua huruf, yang pertama sukun (ْ)
dan yang kedua berharakat,
seperti kata قَطـَّع menjadi قططع, kata عَدَّ menjadi عَدَدَ, dan termasuk dalam kategori ini adalah alif lam syamsiyah (ال) seperti
huruf sîn (س) pada
kata السّماء menjadi السسماء
f.
Wawu yang
dibaca panjang pada nama-nama seperti داود danطاوس ditulis secara khath
‘arûdhî menjadi داوود danطاووس
Dan di antara huruf yang tidak
ditulis dalam khath ‘arûdhi walaupun ada dalam khath
imla’ adalah:
a.
Hamzah
washal yang terdapat di tengah kalimat,
seperti (واذكر)ditulis
dengan khath ‘arûdhî (وذكر)
b.
Alif pada alif
lâm qamariyah seperti (والقمر) ditulis
dengan khath ‘arûdh (ولقمر)
c.
Alif
pada alif lam syamsiyah seperti (النجم) ditulis
dengan khath ‘arûdhî(اننجم)
Huruf-huruf mad baik alif, ya atau wawu apabila
bertemu dengan huruf mati seperti:
1)
alif pada kata على الأخلاق ditulis
dengan khath ‘arûdhî menjadi علل اخلاق,
2)
ya pada
kata عنقي المجد ditulis secara khath ‘arûdhî menjadi عانقل مجد
3)
wawu pada kata خطوا الملك ditulis
dengan khath ‘arûdhî menjadi ملك خطل
Dan termasuk ke
dalam kategori ini adalah alif Maqshuroh dan ya’
manqush yang keduanya tidak bertanwin dan menghadapi huruf mati
seperti
1)
فتى القوم ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi فتل قوم dan
2)
بالي المجد ditulis dengan khath ‘arûdhî menjadi بالل مجد
3.
Tulisan Imla’ (Al-Kitabah
Al-Qiyasiyah/Al-Qiyasiyah)
Imla’ adalah kajian tentang teori tulis-menulis dan melafalkan huruf
hijaiyah secara benar dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat dan teori-teori
tentang tanda baca sekaligus aplikasinya dalam teks.
Jadi imla’ merupakan ilmu yang mencakup dua hal, yaitu kemampuan menulis
huruf-huruf hijaiyah dan kemampuan mengucapkan/melafalkan huruf-huruf hijaiyah
secara benar. Selain itu,
dengan kata lain Imla’ juga
memiliki arti talqin yaitu menyampaikan atau mendiktekan kepada orang
lain dengan suara keras agar dia memindahkan secara baik dan benar dari segi
bahasa dan mempelajarinya.
Seseorang akan dapat membaca sebuah teks dengan benar bila dapat
membedakan bentuk tulisan (huruf) nya. Sebaliknya seorang penulis akan mampu
menulis dengan benar bila ia mampu membaca atau mendengarkan bacaan dengan
tepat dan benar. Dengan kata lain, salah membaca akan memberikan ekses salah
dalam menulis dan sebaliknya. Dalam Imla’ hasil tujuan akan dipengaruhi
oleh kualitas bacaan (guru) dan pendengaran (murid). Kualitas pendengaran dan
bacaan yang bagus mengantarkan pada hasil Imla’ yang bagus.
Bukan hanya itu, akan tetapi tekanan dan intonasi serta panjang pendek
ucapan sebuah kata juga akan sangat berpengaruh terhadap hasil imla’ yang
dilakukan oleh murid, di samping juga jauh dari keinginan guru
selaku Mumli’. Karena salah satu karasteritik bahasa Arab yang tidak
dimiliki oleh bahasa lain adalah makna sangat dipengaruhi oleh banyak hal,
termasuk ucapan panjang dan pendek yang jika tidak proporsional akan berakibat
perubahan makna suatu kata.
Contoh مات dan متى . Kata pertama bermaknamati, sedangkan kata kedua
berarti kapan (kata Tanya). Dengan demikian adalah sebuah kesalahan
fatal jika pemanjangan suku kata dilakukan tidak pada tempatnya. Di samping
merusak maksud bahasa, hal itu sekaligus menjauhkan dari pesan kalimat yang
dimaksud oleh penulis tulisan.
Adapun tujuan Imla’ adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan latihan kepada peserta didik tentang penulisan huruf-huruf hijaiyah dan
kalimat-kalimat dengan memperhatikan lebih seksama kalimat-kalimat yang banyak
terjadi kesalahan dalam penulisan.
b.
Karena imla’
merupakan salah satu cabang dari cabang-cabang bahasa, dan tugas
utama dari bahasa yaitu pemahaman, sehingga dapat dipastikan bahwa salah satu tujuan imla’
adalah memberikan peserta didik sebuah pemahaman.
c.
Memperbaiki tulisan dan memperjelas tulisan tersebut
d.
Melatih beberapa indra yang berkaitan dengan imla’ yaitu:
telinga, tangan dan mata.
e.
Memperluas pengalaman, bekal ilmu bahasa
f.
Melatih penulisan secara cepat, jelas dan benar sehingga
membiasakan peserta didik untuk mendengarkan dengan baik
g.
Membiasakan peseta didik hidup teratur, cermat dan kritis.
Macam-macam
Imla’ ada 4, diantaranya adalah:
a.
Al-Imla’ al-Manqul:
peserta didik menulis bagian dari buku atau apa yang tertulis di papan tulis
setelah dibaca, dipahami serta dieja kalimat-kalimatnya.
b.
Al-Imla’ al-Mandzur:
pemaparan beberapa kalimat kepada peserta didik dengan cara membaca
dan memahaminya kemudian ditutup dan diejakan.
c.
Al-Imla’ al-Istima’i
yaitu peserta didik mendengarkan potongan kata setelah pembahasan kalimat.
d.
Al-Imla’ al-Ikhtibari
(Latihan)
dengan tujuan sebagai neraca timbangan seberapa besar kemampuan peserta didik.
Metodologi Pembelajaran Imla’ adalah sebagai
berikut:
a)
Pembukaan untuk potongan tema yang akan di ajarkan
b)
Mempresentasikan potongan tema dalam tulisan atau dalam kartu atau
bisa juga di papan tulis.
c)
Guru membaca terlebih dahulu potongan tema sebagai contoh.
d)
Murid membaca potongan tema tersebut.
e)
Memberi contoh pendiktean kalimat yang sulit dalam potongan tema.
f)
Menanyakan arti potongan tema untuk dipahami.
g)
Menyalinnya dan murid juga harus memperhatikan hal yang di
salinnya.
h)
Guru membacakan dua kali agar tidak terjadi kesalahan.
[1]Abd. Shukor, http://www.shukom.com/mushaf.rasm.uthmani.html. Diakses pada tanggal 31 Desember 2013 pukul 14:08.
0 komentar:
Posting Komentar