Selasa, 15 Desember 2015

Belajar Mengi'rob kalimat

Mengi'rob kalimat bukanlah hal sulit, asal ada kemauan untuk mempelajari bahasa Arab khususnya teks Arab. Karena dengan memahami kaidah bahasa Arab, kita akan lebih mudah memahami al-Quran. 
Tulisan ini terdiri dari dua contoh kalimat bahasa Arab yang dipreteli (bahasa Jawa) i'rob per kalimatnya. Contoh-contoh ini merupakan tugas yang diberikan dosen nahwu saya ketika S1 dulu...
Selamat belajar....

1. يَقْرَأُ الذي ابوهُ قائمٌ القرانَ الكريمَ وَالحديثَ الشريفَ قَائلهُ مرةً واحدةً بعدَ صلاةِ الصبحِ طلبًا للثوبِ
يقرأ = fi’il mudhori’, karena didahului huruf mudhoro’ah yaitu ya’. ya’ fungsinya “للغائب
            fi’il mudhori’ mu’rob karena لتجرد عن النواصب و الجوازم .
            mu’rob dengan rofa’ karena tidak bersambung dengan nun taukid & nun niswah
            Tanda rofa’nya dengan dhommah karena tidak bertemu dengan الف تثنية , واوجمع , ياء مؤنث مخاطب , نون توكيد , نون نسوة .
            fi’il ma’lum, karena tidak mengikuti kaidah majhul. Karena fi’il ma’lum, maka butuh Fa’il. Fa’ilnya adalah lafadz الذى
            Fi’il muta’addi , karena membutuhkan objek (maf’ul bih) dan artinya dapat dipasifkan yaitu “dibaca”. Maf’ul bih nya adalah lafadz القران
الذى = isim yang dibaca rofa’ karena termasuk  yaitu Fa’il.
            tanda rofa’nya mahalli. Karena termasuk مرفوعات الأسماء , yang isim maushul.
            Setiap isim maushul pasti membutuhkan صلة الموصول dan عائد
            صلة الموصول nya berupa جملة اسمية yaitu ابوه قائم .
            ابوه menjadi mubtada’, قائم menjadi khobar
            عائد adalah isim dhomir (ه) yang ada dalam صلة الموصول yang kembali kepada isim maushul الذى
            ابوه = susunan idhofah
            ابو = mudof     
            ابوه = isim yang dibaca rofa’, karena termasuk مرفوعات الأسماء
            ابوه = mubtada’, karena berupa isim ma’rifah (مضاف الى المعرفة) yang jatuh di awal jumlah.
            Tanda rofa’nya dengan wawu, karena berupa الأسماءالخمسة
            ه = mudof ilaih, maka dii’robi dengan jer.
            Tanda jer dengan mahalli, karena termasuk الأسماءالمبنية => isim dhomir
قائم = isim yang dibaca rofa’ karena termasuk مرفوعات الأسماء , khobar. Karena berfungsi sebagai متم الفائدة (penyempurna faidah).
            Tanda rofa’ = dhommah, karena isim mufrod.
القران = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  , yang maf’ul bih
            berkedudukan sebagai maf’ul bih karena jatuh setelah fi’il muta’addi yaitu يقرأ
            Tanda nashab = fathah, karena isim mufrod
الكريم = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  , yang tawabi’ (na’at hakiki dari lafadz القران).
            Ditentukan sebagai na’at, karena berupa isim shifat =>  صيغة منتهى الجموع
Dan memiliki kesesuaian dengan man’utnya (الحديثَ) dalam 4 hal, yaitu dari segi: 1) mufrod, 2) mudzakkar, 3) ma’rifah, 4) i’rob nashob.
            Tanda nashab = fathah, karena isim mufrod.
وَ = Huruf ‘athof, karena huruf ‘athof maka MABNI
Tidak memiliki i’rab
الحديثَ = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  , yang tawabi’ (ma’tuf). Karena dia jatuh setelah huruf ‘athaf وَ
              I’robnya disesuaikan dengan ma’tufalaih berupa القران yang dibaca nashab, karena menjadi maf’ul bih.
              Tanda nashab = fathah, karena isim mufrod.
الشريفَ = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  , yang tawabi’ (na’at sababi dari lafadz الحديثَ).
              Ditentukan sebagai na’at, karena berupa isim shifat =>  صيغة منتهى الجموع
           Dan memiliki kesesuaian dengan man’utnya (الحديثَ) dalam 4 hal, yaitu dari segi: 1) mufrod, 2) mudzakkar, 3) ma’rifah, 4) i’rob nashob.
قَائلهُ = susunan idhofah (قَائل = mudhof         هُ = mudhof ilaih)






مرةًisim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  => maf’ul mutlaq
              Tanda nashab = fathah, karena isim mufrod
              Termasuk isim jamid/isim yang tidak memiliki kata asal.
واحدةً = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  , yang tawabi’ (na’at)
           Ditentukan sebagai na’at, karena berupa isim shifat =>  isim ‘adad
              Dan memiliki kesesuaian dengan man’utnya (الحديثَ) dalam 4 hal, yaitu dari segi: 1) mufrod, 2) mu’annats, 3) nakiroh, 4) i’rob nashob.
بعدَ صلاة الصبحِ = susunan idhofah
              بعدَ = mudhof           صلاة = mudhof ilaih
           صلاة = mudhof       الصبحِ = mudhof ilaih
بعدَ = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  =>maf’ul fih=>ظرف (زمان)
            Tanda nashob = fathah, karena isim mufrod
صلاة = isim yang dibaca jer karena termasuk مجرورات الأسماء => mudhof ilaih
            Tanda jer = kasroh, karena isim mufrod
Ingat..!!! lafadz صلاة selain menjadi mudhof ilaih dari lafadz بعدَ , juga menjadi mudhof dari lafadz الصبحِ
الصبحِ = isim yang dibaca jer karena termasuk مجرورات الأسماء => mudhof ilaih
            Tanda jer = kasroh, karena isim mufrod
طلبًا = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  => حال => حال مفرد => berupa isim sifat => fa’il
Tanda nashob = fathah, karena isim mufrod
للثوبِ = Susunan jer-majrur
              لِ = huruf jer
              الثوب = isim yang dibaca jer karena termasuk مجرورات الأسماء => dimasuki huruf jer
Tanda jer = kasroh, karena isim mufrod




2. اَعْطَى رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ فَقِيْرًا اَمْوَالًا كَثِيْرَةُ تَكْفِيْهِ لِبِنَاءِ الْبَيْتِ
اَعْطَى = Asalnya dari lafadz اَعْطَيَ , huruf ya' diganti dengan alif. Karena ya’ berharokat dan terletak setelah harokat fathah maka berubah menjadi اَعْطَى
                        Kaidah i’lal yang menyatakan hal tersebut adalah:
اذا الواو و الياء بعد فتحة متصلة فى كلمتيهما ابدلتا الفا
Apabila ada wawu atau ya’ berharakat jatuh setelah harokat fathah yang bersambung dalam satu kalimat, maka gantilah keduanya dengan alif
اَعْطَى = fi’il madhi
Mabni fathah karena tidak bersambung dengan واو جمع dan ضمير رفع متحرك
Fi’il ma’lum karena tidak mengikuti kaidah majhul. Sehingga membutuhkan fa’il. Fa’ilnya lafadz رَجُلٌ
Fi’il muta’addi yang membutuhkan 2 maf’ul bih
Maf’ul bih 1 = فَقِيْرًا , Maf’ul bih 2 = اَمْوَالًا
رَجُلٌ = isim yang dibaca rofa’ karena termasuk مرفوعات الأسماء => fa’il
            ditentukan sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il mabni ma’lum yaitu اَعْطَى
          Tanda rofa’ = dhommah, karena isim mufrod.
حَسَنُ الْوَجْهِ = susunan idhofah => idhofah lafdiyah.
Karena mudhofnya (حَسَنُ) berupa isim sifat (صفة مشبهة باسم الفاعل). Dan mudhof ilaihnya berupa ma’mul mudhof
            Idhofah lafdiyah ini tetap dihukumi nakiroh.
susunan idhofah حَسَنُ الْوَجْه ini berkedudukan sebagai na’at dari رَجُلٌ .
Sehingga i’robnya disamakan yaitu dibaca rofa’.
Tanda rofa’nya pun sama yaitu dhommah, karena isim mufrod.
الْوَجْهِ = mudhof ilaih dibaca jer. Dengan tanda jer = kasroh, karena isim mufrod.
فَقِيْرًا = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  => maf’ul bih
            Ingat...!! فَقِيْرًا adalah maf’ul bih 1 dari lafadz اَعْطَى
Tanda nashob = fathah, karena isim mufrod
اَمْوَالًا = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  => maf’ul bih
            Ingat...!! فَقِيْرًا adalah maf’ul bih 2 dari lafadz اَعْطَى
Tanda nashob = fathah, karena jama’ taksir
كَثِيْرَةُ = isim yang dibaca nashab, karena termasukمنصوبات الأسماء  => tawabi’=> na’at
Menjadi na’at karena berupa isim shifat dan memiliki kesesuaian dengan man’utnya (اَمْوَالًا) dalam 4 hal yaitu dari segi: 1) muannas, 2) nakiroh, 3) mufrod, 4) i’rob nashob.
Tanda nashob = fathah, karena isim mufrod
تَكْفِيْهِ = تَكْفِى adalah fi’il mudhori’ karena didahului huruf mudhoro’ah ت yang berfungsi للغائبة
          fi’il mudhori’ MU’ROB. Karena tidak bersambung dengan nun taukid & nun niswah.
            تَكْفِى dii’robi dengan rofa’ karena لتجرد عن النواصب و الجوازم
            Tanda rofa’ = dhommah, karena فعل المضرع معتل الأخر ولم يتصل بأخره شئ
            Fi’il ma’lum, karena tidak mengikuti kaidah majhul
Karena dia fi’il ma’lum, maka membutuhkan fa’il. Fa’ilnya yaitu dhomir mustatir jawazan yang dikira-kirakan dengan dhomir هي yang tersimpan dalam fi’il تَكْفِى
Fi’il muta’addi, maka membutuhkan objek/maf’ul bih. Maf’ul bihnya yaitu dhomir هِ yang ada dalam تَكْفِيْهِ . Karena هِ menjadi maf’ul bih, maka ia dibaca nashob.
tanda nashob = mahalli, karena termasuk الأسماء المبنية => isim dhomir
تَكْفِيْهِ termasuk الجملة لها محل من الإعرب maksudnya jumlah fi’liyah yang berupa تَكْفِيْهِ tsb memiliki kedudukan i’rob yaitu menjadi نعت الجملة karena dia merupakan jumlah yang terletak setelah isim nakiroh.
لِبِنَاءِ = susunan jer-majrur
          لِ = huruf jer
            بِنَاءِ = isim yang dibaca jer karena kemasukan huruf jer لِ
            Tanda jer = kasroh, karena isim mufrod
بِنَاءِ الْبَيْتِ = susunan idhofah
            بِنَاءِ = mudhof
            الْبَيْتِ = mudhof ilaih, dibaca jer (tanda jer = kasroh, karena isim mufrod)


Selanjutnya, coba anda sendiri mengi'rob dua kalimat di bawah ini....!!

3. رأيت فاطمة الحسنة الأخلاق تكتب هذه الرسالة و القاعدة الرابعة من القواعد الاعلالية الخمس



4. ادع ثلاثة الرجال يكتبون ثلاث رسائل قبل قرائتهم القرأن

Semoga tulisan ini bisa membantu dan bermanfaat... amin...

2 komentar: